Kasus
Sering
kali di antara kita memiliki pertanyaan, apakah kita masih berdosa atau tidak?
Atau bagaimana dengan bayi yang baru lahir, apakah mereka memiliki dosa atau
tidak? Sebagai mahasiswa Teologi saya akan mencoba menjelaskan sedikit mengenai
dosa yang diturunkan / dosa keturunan, namun banyak sekali dosa-dosa keturunan,
pada saat ini saya akan mencoba menjelaskan dosa manusia pertama kali, yang
berdampak bagi seluruh keturunan manusia hingga saat ini.
Penciptaan
manusia
Mengacu
pada Kej.1:26 bahwa kita diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Yang artinya
bahwa manusialah satu-satunya makhluk yang diberikan wewenanang untuk menjadi
penguasa atas alam dan seluruh ciptaanNya.
26 Berfirmanlah
Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,
supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap
di bumi." (Gen 1:26 ITB)
Manusia
Jatuh dalam dosa
Sebagaimana
telah dijelaskan dalam point di atas, bahwa kita sebagai manusia adalah ciptaan
Allah yang paling mulia, karna hanya kita lah yang diciptakan menurut gambar
dan rupa Allah.
Mengacu
pada Kej.3:1-24 bahwa disinilah pertama kalinya manusia jatuh dalam dosa.
Menurut pemahaman saya, bahwa ketika Adam dan Hawa diciptakan, mereka sama
sekali ‘tidak memiliki dosa’, namun sayang ketika iblis berhasil membelokkan
firman Tuhan, manusia yang tidak memiliki dosa itu mulai terjerumus untuk
memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat Kej.2:17 ; Kej.3:6.
Dengan
demikian, manusia telah gagal memainkan perannya sebagai makhluk mulia.
Keistimewaannya sebagai citra Allah telah hilang sama sekali. Konsekuensinya
adalah manusia tidak mungkin lagi bisa mencapai Allah karena terhalang oleh dosa
yang memisahkannya dengan sang Pencipta. Dosa merupakan jurang lebar yang
memisahkan manusia dengan Allah Yes.59:2. Kesucian dan kekudusan Allah tidak
memungkinkanNya bersekutu dengan manusia yang berdosa Yes.6:3[1].
Dan bahayanya firman Tuhan mengatakan bahwa semua manusia telah jatuh dalam
dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah Rm.3:23
Perbuatan
manusia yang jatuh dalam dosa inilah yang mengakibatkan, seluruh keturunan
manusia memiliki pengetahuan yang baik dan jahat. Sama seperti Adam dan Hawa, pada
dasarnya manusia tidak ingin/berhasrat berbuat dosa, cuma manusia lebih sering
ditipu iblis dan tergoda oleh keinginannya sendiri.
Ketika
manusia lahir/ seorang bayi lahir, menurut saya ia telah memiliki pengetahuan
yang baik dan jahat, namun belum memiliki kemampuan untuk melakukan hal
tersebut.
Keadilan
Allah
Lalu
dimanakah keadilan Allah? Apakah adil jika seorang bayi yang baru lahir sudah
memiliki dosa? apakah adil jika seorang terlahir miskin, sementara ada yang
terlahir kaya? Apakah adil jika seorang terlahir dengan cacat fisik?
Banyak
ayat yang mencatat bahwa Allah kita adalah Allah yang adil seperti:
Maz
11:7 - “Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus
akan memandang wajahNya”.
Maz
116:5 - “TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang”.
Maz
23 –“Tuhan adalah gembala yang baik
Tetapi,
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam Alkitab, kita sering melihat
hal-hal yang seolah-olah menunjukkan bahwa Allah itu tidak adil. Untuk menjawab
masalah ini perlu diketahui bahwa ‘adil’ tidak berarti bahwa Allah harus
memberi secara sama rata.
Dalam
penciptaan, Tuhan memang tidak menciptakan secara sama rata. Tetapi Ia berhak
melakukan itu. Sebab ini adalah kedaulatanNya! Jadi bukanlah tidak adil kalau
ada yang terlahir kaya, dan ada yang terlahir miskin, dll. (mari renungkan: Rm.9:14-15). Apapun yang
terjadi di dalam kehidupan kita bukan berarti Allah tidak adil dalam
merancangkan kehidupan kita, yang menjadi permasalahan ialah, apa kah kita mau
melakukan apa yang menjadi kehendak Allah? Sebab Ia adalah Allah yang
bijaksana, hal yang terjadi dalam kehidupan kita ialah unik yang artinya Allah
mau mengajar kita menurut cara dan rancanganNya sendiri (Maz145:17)[2]
Penutup
dan kesimpulan
Kita
sudah melihat bahwa Allah itu adil dan pasti menghukum dosa. Sedangkan semua
manusia berdosa, bahkan sangat berdosa. Sekarang, bagaimana manusia berdosa ini
bisa diselamatkan? Bagaimana dengan kita yang lahir dengan mempunyai dosa
pemikiran yang jahat ini?
Banyak agama mengajarkan kalau kita
mau selamat maka berbuat baiklah Bisakah manusia
diselamatkan dengan berbuat baik? Tidak bisa, karena:
1. Manusia tidak bisa berbuat baik.
Kej
6:5 - “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa
segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata”.
Tit
1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang
tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati
mereka najis”.
2. Alkitab
tidak pernah mengajarkan bahwa perbuatan baik bisa menebus / menutup dosa.
Gal
2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan
hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu
kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena
iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak
ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.
3. Kalau
manusia memang bisa menyelamatkan dirinya melalui berbuat baik, maka Kristus
pasti tidak akan datang ke dunia, menjadi manusia, dan mati di salib bagi kita.
Gal
2:21b - “Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah
kematian Kristus”.
Percayalah
kepada Yesus, sebab Dialah juruselamat dunia yang menyelamatkan manusia dari
dosa. 1 orang berdosa mengakibatkan seluruh keturunan manusia menjadi berdosa
ketika dia di lahirkan, maka adillah bila 1 orang di hukum karena dosa
tersebut, sehingga seluruh manusia yang percaya kepadanya beroleh keselamatan.
Sebab Kristus datang ke dunia, menderita dan mati di salib untuk dosa kita,
menunjukkan bahwa memang tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan manusia.
YEHEZKIEL 18:1-32 Sebagai wakil Allah, Yehezkiel menyatakan bahwa manusia secara perorangan. tidak terlibat dalam dosa dan nasib nenek moyangnya (ay. 1-4). Kemudian sang nabi mengembangkan prinsip tanggung jawab pribadi setiap orang dengan contoh tiga generasi yang berurutan: seorang ayah yang benar, seorang anak yang fasik, dan seorang cucu yang benar (ay. 5-9, 10-13, 14-18). Dia menyatakan lagi prinsip tanggung jawab pribadi (ay. 19, 20), dan menyatakan bahwa pengampunan ilahi tersedia buat orang berdosa yang bertobat, tetapi bahwa orang yang murtad akan mati dalam dosanya (ay. 21-29). Sang nabi mengakhiri dengan sebuah nasihat agar bertobat dan diselamatkan (ay. 30-32).coba saudara maknai hal diatas maka saudara akan menyadari bahwa ALLAH dengan tegas menyatakan TIDAK ADA DOSA KETURUNAN..GBU
ReplyDelete