22.12.12

Apakah Perkawinan Kristen bukan Idealisme yang gagal?


Menurut KBBI arti dari idealisem adalah idealisme n 1 aliran ilmu filsafat yg menganggap pikiran atau cita-cita sbg satu-satunya hal yg benar yg dapat dicamkan dan dipahami; 2 hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yg dianggap sempurna; 3 Sasaliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dng kenyataan.
Jelas dari arti idealisme bahwa mengenai usaha hidup dengan berdasarkan patokan yang benar dan sempurna. Jadi patokan bagi umat Kristiani dalam sebuah perkawinan Kristen tentu saja berpatokan pada Alkitab. Dan menjadi pertanyaan bagi umat muslim, Apakah perkawinan Kristen bukan idealisme yang gagal? Hal ini wajar saja karena memang pada kenyataannya sekalipun perkawinan Kristen itu monogami, tetapi tidak sedikit pasangan yang main belakang, alias mempunyai WIL atau PIL, terkesan main sembunyi-sembunyian, hal ini bertolak belakang dengan perkawinan Islam yang memang memperbolehkan poligami, bahkan memperbolehkan satu suami mempunyai 4 istri. Untuk lebih mengerti hal ini, perlu didasari dengan dasar teologis dari perkawinan Kristen dan juga perkawinan Islam.
Perkawinan dalam Kristen
Dasar teologis perkawinan Kristen terdapat dalam Kejadian 2: 18 menyatakan, “ Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong yang sepadan dengan dia.” Penolong yang sepadan berarti penolong yang dapat saling menunjang, saling melengkapi di dalam kedudukannnya yang sederajad. Seorang pria kedudukannnya tidak lebih tinggi dari kedudukan seorang wanita. Demikian juga sebaliknya. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dalam derajad yang sama. Keduanya bukanlah unsur yang bertentangan melainkan unsur yang saling melengkapi.
Pada Kejadian 2: 24 Tuhan berfirman, “ Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Dari ayat tersebut kita dapat melihat dasar-dasar yang Tuhan kehendaki pada setiap pasangan suami-istri dalam pernikahan, yaitu:
1. “Meninggalkan orang tua”
Arti kata meninggalkan orang-tua pada ayat ini banyak disalah artikan oleh banyak pasangan. Tentu bukan berarti setelah menikah, maka tidak ada lagi komunikasi bahkan tidak lagi mengasihi orang-tua. Tetapi  dari kata tersebut ingin agar setiap pasangan suami-istri untuk hidup mandiri dalam hal keuangan, bersikap dewasa dalam mengambil keputusan, merencanakan masa depan mereka, dll. Jadi meninggalkan orang-tua atau rumah sebelumnya mereka tinggal itu hanya bersikap fisik tetapi tidak secara psikologis.
2. “Bersatu dengan istri/suami”
Suami dan istri harus menjadi satu dalam pikiran, cita-cita dan segala hal yang bersangkutan dengan rumah tangga mereka. Di dalam kesatuan ini mereka pun harus memperlihatkan sikap hidup saling memberi dan bukannya sikap saling menuntut. Apabila semuanya saling menuntut maka rumah tangga itu akan berubah menjadi rumah pengadilan. Bukankah cinta berarti siap memberikan yang terbaik buat pasangan hidupnya! Bersatu dengan istri/suami merupakan komitmen dalam aspek intelektual, emosional, spiritual dan jasmani dari hubungan yang terjalin di antara suami-istri.
3. “Menjadi satu daging”
Menjadi satu daging atau melakukan hubungan seksual adalah unsur ketiga yang dapat terjadi apabila mereka telah “meninggalkan’ dan “bersatu” secara sah. Tanpa unsur pertama dan kedua tersebut di atas maka persetubuhan adalah pelanggaran atau dosa dihadapan Allah. Tetapi setelah melaksanakan pernikahan yang sah, persetubuhan merupakan ungkapan kasih yang dalam yang memperlihatkan kesatuan antara suami dan istri.
Ketiga unsur tersebut di atas adalah segi tiga yang sempurna; yang salah satu seginya tidak dapat dihilangkan. Ketiga unsur itu menyatukan suami dan istri dalam segala hal: baik dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit, dalam kekuatiran dan kepastian, keberhasilan dan kegagalan. Oleh sebab itu, persekutuan suami-istri bukanlah persekutuan yang sepele, bahkan bukan hanya merupakan suatu hubungan kontrak yang dapat diputuskan apabila salah satu dari mereka sudah tidak suka terhadap pasangannya. Persekutuan antara suami dan istri adalah persekutuan yang erat dan sangat tinggi nilainya. Karena itu, Tuhan Yesus pernah mengatakan apa yang telah dipersatukan oleh Allah  jangan  dipisahkan  oleh  manusia ( Mat. 19: 1-12; Mrk. 10: 2-9) 

Perkawinan dalam Islam
Bebarapa hal perbedaan mengenai perikahan Islam dan pernikahan Kristen adalah dari tujuan yang dipercayai oleh pernilahan islam, yaitu :
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur
3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih

Apabila melihat perbandingan di atas jelas ada perbedaan antara pernikahan Kristen dan pernikahan Islam. Sekalipun intinya sama, yaitu untuk memperbanyak keturunan, tetapi caranya atau tujuannya sangatlah berbeda. Tuhan rindu bahwa pernikahan Kristen ini merupakan persiapan kita sebagai mempelai Kristus dan mengerti arti dari kesetiaan. Jadi pernikahan Kristen merupakan gambaran mengenai hubungan kita kepada Tuhan dan Tuhan kita adalah Allah yang cemburu ( Keluaran 34:14). Itu sebabnya pernikahan Kristen merupakan pernikahan yang monogami. Apabila dengan pasangan di bumi saja kita tidak setia, tidak cukup dengan satu pasangan, bagaimana kita mengerti arti hubungan kita dengan Tuhan. Sekalipun pada kenyataannya banyak pasangan Kristen yang akhirnya memlilih main kucing-kucingan, ingat kembali bahwa idealisme Kristen, atau patokan kristen adalah Alkitab, dan kasih sejati dapat mengalahkan segala-segalanya. Harapan selalu ada ketika kita membawa persoalan yang ada, dalam hal ini mengenai pernikahan, dibawa kepada Tuhan maka pemulihan akan terjadi dan pada akhirnya hanya kemulian Tuhan yang dinyatakan. Memandang manusia, melihat pada masalah tentu itu bukan jalan keluarnya, masih ada Yesus yang sanggup dan mau memulihkan, memberkati, menolong. Jadi apabila ada umat Islam yang mempertanyakan mengenai perkawinan Kristen bukan idealisme yang gagal. Itu anggapan manusia, tetapi masih banyak janji-janji dan harapan bagi anak-anakNya yang sungguh-sungguh berharap, fokus pada Tuhan. Baca dan renungkan FirmanNya yang merupakan kekuatan (Roma 1:16).

Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Markus 10:9






No comments:

Post a Comment

trima kasih telah berkunjung