24.12.12

renungan natal

F Lingga Prasetyo:
Kelahiran Kristus ke dunia adalah suatu hadiah yang paling indah yang pernah di terima umat manusia. Kelahiran Kristus berbicara tentang Kasih dari Allah Bapa di surga yang merelakan AnakNya yang tunggal Tuhan kita Yesus Kristus untuk lahir ke dunia, menderita dan mati di atas kayu salib, demi menebus segala dosa kita, agar saya dan saudara yang percaya boleh beroleh kehidupan kekal.
sadarilah kita boleh bernafas hingga saat ini dikarenakan Kasih dari Tuhan Kita Yesus Kristus, seharusnya kita yang di siksa karena dosa² kita, namun Ia mau memberikan tubuh dan nyawaNya menggantikan kita, ingatlah jgn pernah sia² kan hadiah yang indah ini. mari sama² kita terima hadiah ini. hadiah itu kita kenal dengan nama "Natal"
Selamat hari natal, Tuhan Yesus mengasihi teman² sekalian
Yesaya Max:
Tuhan lahir bkn meminta kdo kpd kita , tp IA memberikan kdo yg terindah dan pling indah yg pnh ad d dunia ini yaitu : MENYELAMATKAN kita... #Natal
 

22.12.12

Apakah Perkawinan Kristen bukan Idealisme yang gagal?


Menurut KBBI arti dari idealisem adalah idealisme n 1 aliran ilmu filsafat yg menganggap pikiran atau cita-cita sbg satu-satunya hal yg benar yg dapat dicamkan dan dipahami; 2 hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yg dianggap sempurna; 3 Sasaliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dng kenyataan.
Jelas dari arti idealisme bahwa mengenai usaha hidup dengan berdasarkan patokan yang benar dan sempurna. Jadi patokan bagi umat Kristiani dalam sebuah perkawinan Kristen tentu saja berpatokan pada Alkitab. Dan menjadi pertanyaan bagi umat muslim, Apakah perkawinan Kristen bukan idealisme yang gagal? Hal ini wajar saja karena memang pada kenyataannya sekalipun perkawinan Kristen itu monogami, tetapi tidak sedikit pasangan yang main belakang, alias mempunyai WIL atau PIL, terkesan main sembunyi-sembunyian, hal ini bertolak belakang dengan perkawinan Islam yang memang memperbolehkan poligami, bahkan memperbolehkan satu suami mempunyai 4 istri. Untuk lebih mengerti hal ini, perlu didasari dengan dasar teologis dari perkawinan Kristen dan juga perkawinan Islam.
Perkawinan dalam Kristen
Dasar teologis perkawinan Kristen terdapat dalam Kejadian 2: 18 menyatakan, “ Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong yang sepadan dengan dia.” Penolong yang sepadan berarti penolong yang dapat saling menunjang, saling melengkapi di dalam kedudukannnya yang sederajad. Seorang pria kedudukannnya tidak lebih tinggi dari kedudukan seorang wanita. Demikian juga sebaliknya. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dalam derajad yang sama. Keduanya bukanlah unsur yang bertentangan melainkan unsur yang saling melengkapi.
Pada Kejadian 2: 24 Tuhan berfirman, “ Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Dari ayat tersebut kita dapat melihat dasar-dasar yang Tuhan kehendaki pada setiap pasangan suami-istri dalam pernikahan, yaitu:
1. “Meninggalkan orang tua”
Arti kata meninggalkan orang-tua pada ayat ini banyak disalah artikan oleh banyak pasangan. Tentu bukan berarti setelah menikah, maka tidak ada lagi komunikasi bahkan tidak lagi mengasihi orang-tua. Tetapi  dari kata tersebut ingin agar setiap pasangan suami-istri untuk hidup mandiri dalam hal keuangan, bersikap dewasa dalam mengambil keputusan, merencanakan masa depan mereka, dll. Jadi meninggalkan orang-tua atau rumah sebelumnya mereka tinggal itu hanya bersikap fisik tetapi tidak secara psikologis.
2. “Bersatu dengan istri/suami”
Suami dan istri harus menjadi satu dalam pikiran, cita-cita dan segala hal yang bersangkutan dengan rumah tangga mereka. Di dalam kesatuan ini mereka pun harus memperlihatkan sikap hidup saling memberi dan bukannya sikap saling menuntut. Apabila semuanya saling menuntut maka rumah tangga itu akan berubah menjadi rumah pengadilan. Bukankah cinta berarti siap memberikan yang terbaik buat pasangan hidupnya! Bersatu dengan istri/suami merupakan komitmen dalam aspek intelektual, emosional, spiritual dan jasmani dari hubungan yang terjalin di antara suami-istri.
3. “Menjadi satu daging”
Menjadi satu daging atau melakukan hubungan seksual adalah unsur ketiga yang dapat terjadi apabila mereka telah “meninggalkan’ dan “bersatu” secara sah. Tanpa unsur pertama dan kedua tersebut di atas maka persetubuhan adalah pelanggaran atau dosa dihadapan Allah. Tetapi setelah melaksanakan pernikahan yang sah, persetubuhan merupakan ungkapan kasih yang dalam yang memperlihatkan kesatuan antara suami dan istri.
Ketiga unsur tersebut di atas adalah segi tiga yang sempurna; yang salah satu seginya tidak dapat dihilangkan. Ketiga unsur itu menyatukan suami dan istri dalam segala hal: baik dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit, dalam kekuatiran dan kepastian, keberhasilan dan kegagalan. Oleh sebab itu, persekutuan suami-istri bukanlah persekutuan yang sepele, bahkan bukan hanya merupakan suatu hubungan kontrak yang dapat diputuskan apabila salah satu dari mereka sudah tidak suka terhadap pasangannya. Persekutuan antara suami dan istri adalah persekutuan yang erat dan sangat tinggi nilainya. Karena itu, Tuhan Yesus pernah mengatakan apa yang telah dipersatukan oleh Allah  jangan  dipisahkan  oleh  manusia ( Mat. 19: 1-12; Mrk. 10: 2-9) 

Perkawinan dalam Islam
Bebarapa hal perbedaan mengenai perikahan Islam dan pernikahan Kristen adalah dari tujuan yang dipercayai oleh pernilahan islam, yaitu :
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur
3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih

Apabila melihat perbandingan di atas jelas ada perbedaan antara pernikahan Kristen dan pernikahan Islam. Sekalipun intinya sama, yaitu untuk memperbanyak keturunan, tetapi caranya atau tujuannya sangatlah berbeda. Tuhan rindu bahwa pernikahan Kristen ini merupakan persiapan kita sebagai mempelai Kristus dan mengerti arti dari kesetiaan. Jadi pernikahan Kristen merupakan gambaran mengenai hubungan kita kepada Tuhan dan Tuhan kita adalah Allah yang cemburu ( Keluaran 34:14). Itu sebabnya pernikahan Kristen merupakan pernikahan yang monogami. Apabila dengan pasangan di bumi saja kita tidak setia, tidak cukup dengan satu pasangan, bagaimana kita mengerti arti hubungan kita dengan Tuhan. Sekalipun pada kenyataannya banyak pasangan Kristen yang akhirnya memlilih main kucing-kucingan, ingat kembali bahwa idealisme Kristen, atau patokan kristen adalah Alkitab, dan kasih sejati dapat mengalahkan segala-segalanya. Harapan selalu ada ketika kita membawa persoalan yang ada, dalam hal ini mengenai pernikahan, dibawa kepada Tuhan maka pemulihan akan terjadi dan pada akhirnya hanya kemulian Tuhan yang dinyatakan. Memandang manusia, melihat pada masalah tentu itu bukan jalan keluarnya, masih ada Yesus yang sanggup dan mau memulihkan, memberkati, menolong. Jadi apabila ada umat Islam yang mempertanyakan mengenai perkawinan Kristen bukan idealisme yang gagal. Itu anggapan manusia, tetapi masih banyak janji-janji dan harapan bagi anak-anakNya yang sungguh-sungguh berharap, fokus pada Tuhan. Baca dan renungkan FirmanNya yang merupakan kekuatan (Roma 1:16).

Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Markus 10:9






Dosa keturunan


Kasus
Sering kali di antara kita memiliki pertanyaan, apakah kita masih berdosa atau tidak? Atau bagaimana dengan bayi yang baru lahir, apakah mereka memiliki dosa atau tidak? Sebagai mahasiswa Teologi saya akan mencoba menjelaskan sedikit mengenai dosa yang diturunkan / dosa keturunan, namun banyak sekali dosa-dosa keturunan, pada saat ini saya akan mencoba menjelaskan dosa manusia pertama kali, yang berdampak bagi seluruh keturunan manusia hingga saat ini.
Penciptaan manusia
Mengacu pada Kej.1:26 bahwa kita diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Yang artinya bahwa manusialah satu-satunya makhluk yang diberikan wewenanang untuk menjadi penguasa atas alam dan seluruh ciptaanNya.
26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (Gen 1:26 ITB)
Manusia Jatuh dalam dosa
Sebagaimana telah dijelaskan dalam point di atas, bahwa kita sebagai manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia, karna hanya kita lah yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Mengacu pada Kej.3:1-24 bahwa disinilah pertama kalinya manusia jatuh dalam dosa. Menurut pemahaman saya, bahwa ketika Adam dan Hawa diciptakan, mereka sama sekali ‘tidak memiliki dosa’, namun sayang ketika iblis berhasil membelokkan firman Tuhan, manusia yang tidak memiliki dosa itu mulai terjerumus untuk memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat Kej.2:17 ; Kej.3:6.
Dengan demikian, manusia telah gagal memainkan perannya sebagai makhluk mulia. Keistimewaannya sebagai citra Allah telah hilang sama sekali. Konsekuensinya adalah manusia tidak mungkin lagi bisa mencapai Allah karena terhalang oleh dosa yang memisahkannya dengan sang Pencipta. Dosa merupakan jurang lebar yang memisahkan manusia dengan Allah Yes.59:2. Kesucian dan kekudusan Allah tidak memungkinkanNya bersekutu dengan manusia yang berdosa Yes.6:3[1]. Dan bahayanya firman Tuhan mengatakan bahwa semua manusia telah jatuh dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah Rm.3:23
Perbuatan manusia yang jatuh dalam dosa inilah yang mengakibatkan, seluruh keturunan manusia memiliki pengetahuan yang baik dan jahat. Sama seperti Adam dan Hawa, pada dasarnya manusia tidak ingin/berhasrat berbuat dosa, cuma manusia lebih sering ditipu iblis dan tergoda oleh keinginannya sendiri.
Ketika manusia lahir/ seorang bayi lahir, menurut saya ia telah memiliki pengetahuan yang baik dan jahat, namun belum memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut.
Keadilan Allah
Lalu dimanakah keadilan Allah? Apakah adil jika seorang bayi yang baru lahir sudah memiliki dosa? apakah adil jika seorang terlahir miskin, sementara ada yang terlahir kaya? Apakah adil jika seorang terlahir dengan cacat fisik?
Banyak ayat yang mencatat bahwa Allah kita adalah Allah yang adil seperti:
Maz 11:7 - “Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajahNya”.
Maz 116:5 - “TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang”.
Maz 23 –“Tuhan adalah gembala yang baik
Tetapi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam Alkitab, kita sering melihat hal-hal yang seolah-olah menunjukkan bahwa Allah itu tidak adil. Untuk menjawab masalah ini perlu diketahui bahwa ‘adil’ tidak berarti bahwa Allah harus memberi secara sama rata.
Dalam penciptaan, Tuhan memang tidak menciptakan secara sama rata. Tetapi Ia berhak melakukan itu. Sebab ini adalah kedaulatanNya! Jadi bukanlah tidak adil kalau ada yang terlahir kaya, dan ada yang terlahir miskin, dll.  (mari renungkan: Rm.9:14-15). Apapun yang terjadi di dalam kehidupan kita bukan berarti Allah tidak adil dalam merancangkan kehidupan kita, yang menjadi permasalahan ialah, apa kah kita mau melakukan apa yang menjadi kehendak Allah? Sebab Ia adalah Allah yang bijaksana, hal yang terjadi dalam kehidupan kita ialah unik yang artinya Allah mau mengajar kita menurut cara dan rancanganNya sendiri (Maz145:17)[2]
Penutup dan kesimpulan
Kita sudah melihat bahwa Allah itu adil dan pasti menghukum dosa. Sedangkan semua manusia berdosa, bahkan sangat berdosa. Sekarang, bagaimana manusia berdosa ini bisa diselamatkan? Bagaimana dengan kita yang lahir dengan mempunyai dosa pemikiran yang jahat ini?
Banyak agama mengajarkan kalau kita mau selamat maka berbuat baiklah Bisakah manusia diselamatkan dengan berbuat baik? Tidak bisa, karena:
1.       Manusia tidak bisa berbuat baik.
Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata”.
Tit 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.
2.      Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa perbuatan baik bisa menebus / menutup dosa.
Gal 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.
3.      Kalau manusia memang bisa menyelamatkan dirinya melalui berbuat baik, maka Kristus pasti tidak akan datang ke dunia, menjadi manusia, dan mati di salib bagi kita.
Gal 2:21b - “Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Percayalah kepada Yesus, sebab Dialah juruselamat dunia yang menyelamatkan manusia dari dosa. 1 orang berdosa mengakibatkan seluruh keturunan manusia menjadi berdosa ketika dia di lahirkan, maka adillah bila 1 orang di hukum karena dosa tersebut, sehingga seluruh manusia yang percaya kepadanya beroleh keselamatan. Sebab Kristus datang ke dunia, menderita dan mati di salib untuk dosa kita, menunjukkan bahwa memang tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan manusia.




[1] Benarkah Yesus juruselamat universal? . Elisa B. Surbakti hal:97
[2] Betapa senangnya mengenal Allah 1 – Richard L. Strauss hal:185

Sifat-sifat kepemimpinan


Pemimpin ialah seorang yang mengetahui tujuannya dengan jelas, serta mampu mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan orang-orang lain untuk mencapai tujuan tersebut, secara efektif[1].
3 Teori kepemimpinan:
Ø  Teori Genetis (Heriditas)
”Leaders are born and not made”
Penganut teori ini percaya bahwa seseorang menjadi pemimpin oleh karena memang ia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan.
Ø  Teori Sosial
“Leaders are made and not born”
Mereka percaya bahwa setiap orang dapat menjadi pemimpin, kalau dia memperoleh pendidikan dan pengalaman serta mempunyai kesempatan yang cukup.
Ø  Teori Ekologis
Seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik, kalau memang ia memiliki bakat-bakat yang bersifat genetis (namun bakat-bakat ini hanyalah suatu potensi yang perlu dikembangkan lebih lanjut melalui pendidikan, pengalaman, dan kesempatan).
Apakah kita dilahirkan sebagai seorang pemimpin?
Sering kali di antara kita muncul pertanyaan demikian di dalam hati masing-masing, dan sekarang tentunya ke-3 teori membantu menjawab kita, apakah kita memang dilahirkan sebagai seorang pemimpin? Ketika kita sudah memiliki jawabannya, sekarang yang kita butuhkan ialah sifat-sifat yang harus kita miliki sebagai pemimpin, sekarang kelompok kami, akan mengupas sedikit mengenai sifat-sifat yang harus di miliki.
Sifat-sifat kepemimpinan
Seorang pemimpin memerlukan sifat-sifat yang harus dimiliki, karena seorang pemimpin bukanlah suatu pekerjaan yang sementara, melainkan pekerjaan yang bernilai kekal (Ef.2:10). Sifat-sifat itu a.l:
1.    Jujur
2.    Berpandangan luas
3.    Obyektif
4.    Hikmat
5.    Tegas dan jelas
6.    Bertanggung jawab
7.    Terarah pada tujuan
8.    Mengontrol amarah, memelihara kesabaran
9.    Mengatasi kekuatiran, konflik, dan kecemasan
10.  dll
Berikut penjelasannya                          
1.    Jujur
Mzm.64:11 Orang benar akan bersukacita karena Tuhan dan berlindung pada-Nya; semua orang yang jujur akan bermegah.
Seorang pemimpin rohani harus menyadari keadaan rohaninya sendiri. Kita tidak dapat mengukur rohani orang lain, namun kita dapat mengukur tingkat kerohanian kita. Dengan mengerti kerohanian kita sendiri, kita dapat berdiri menolong orang lain, kita juga dapat berbicara kepada orang lain dengan tidak berlebihan dan juga tidak terlalu merendahkan diri. Jika kita gagal dalam hal rohani, tentunya akan berakibat dalam hal sekuler. Dalam hal kejujuran akan membuat kita dan orang lain tahu bahwa kita bukanlah super hero yang serba bisa.
2.    Berpandangan luas
Banyak pemimpin yang bekerja keras dengan melewati tantangan, rintangan, bahkan sampai air mata, namun akhirnya tidak mencapai hasil seperti yang diharapkan. Contoh, Musa tidak diperkenankan Tuhan untuk memasuki tanah perjanjian (Ul.3:23-27). Berpandangan luas adalah salah satu seni dalam seorang pemimpin. Dalam hal berpikir inilah yang dibutuhkan seorang pemimpin, sehingga ia tidak hanya memaksakan kehendak sendiri / memaksakan ego sendiri, namun lebih mau mendengarkan saran dari orang lain.

3.    Obyektif
Obyektif artinya memandang sesuatu sebagaimana adanya dan juga menerima sesuatu sebagaimana adanya, seorang yang obyektif berarti ia dapat melihat keseluruhan dalam berbagai hal dengan mengambil garis yang tepat dari sebagala keseluruhan yang dapat kita lihat.
Contohnya, kita mengadakan rapat dengan 5 orang, maka kita pasti akan menemukan 5 pendapat. Obyektif di sini berarti kita bersedia mendengarkan ke 5 pendapat ini dengan tidak meremehkan.
4.    Hikmat
Ams.8:11 Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang tidak dapat menyamainya.
Ams.8:12 Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapatkan pengetahuan dan kebijaksanaan.
Ketika kita menjabat sebagai seorang pemimpin, tentunya akan banyak perkara yang terjadi, yang tidak dapat kita mengerti, maka itu kita harus memiliki hikmat untuk menjawab setiap perkara tersebut.
Langkah untuk mendapatkan hikmat ialah:
1.    Berdoa Yak.1:5 ; Ams.4:5 ; Yoh 15:7
2.    Firman Tuhan, makin banyak kita membaca Firman Tuhan, maka akan banyaklah kita memiliki hikmat Ams.8:17,21
5.    Tegas dan jelas
Ketika kita mengambil suatu kesimpulan, hendaknya kesimpulan tersebut dapat diterima oleh semua pihak dengan tidak merendahkan pendapat orang lain.
6.    Bertanggung jawab
Setiap pemimpin harus sadar bahwa tidak ada pemimpin yang tidak pernah tidak gagal. Apapun skill yang dimilikinya, talenta, atau bahkan bakat sekalipun, ia pasti pernah mengalami kegagalan. Namun di tengah kegagalan ini, seorang pemimpin harus memiliki sifat bertanggung jawab, sehingga ia mampu untuk menyelesaikan apa yang telah ia mulai, dan dapat bangkit kembali setelah mengalami kegagalan.
7.    Terarah pada tujuan
Dalam membuat membuat keputusan, mintalah selalu pimpinan Roh Kudus, dan sebuah tujuan itu harusnya tujuan yang jelas / atau memiliki suatu arah.
8.    Mengontrol amarah, memelihara kesabaran
Ams.14:29 Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.
Ams.14:17 Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.
Sering kali orang menganggap marah adalah dosa, namun disini kami akan menjelaskan marah yang berakibat dosa dan marah yang tidak berakibat dosa, melainkan beroleh dampak yang baik
o   marah berakibat dosa ialah kemarahan yang hanya berpusat pada kepentingan diri sendiri Ef.4:26
o   Marah yang tidak berakibat dosa ialah ketika kita marah yang berpusat pada kemuliaan Tuhan, contoh ketika Tuhan kita marah Rumah Bapa dijadikan tempat perdagangan Yoh.2:13-16
Dengan kata lain marah boleh, asalkan kita sebagai pemimpin tahu sampai dimana batasannya, dan mau mengampuni.
9.    Mengatasi kekuatiran, konflik, dan kecemasan
1Pet.5:7 Serahkan segala kekuatiranmu kepadaNya sebab Ia akan memelihara kamu.
Dalam mengatasi kekuatiran, konflik, dan kecemasan hendaknya kita berserah kepadaNya, dan mampu untuk mengendalikan diri.
Mengendalikan diri disini maksudnya ialah kita harus tahu batasan dalam mengambil keputusan, memberikan pendapat, dan menerima keputusan dan pendapat.
10.  Dll
Masih banyak sifat-sifat yang harus dimiliki, mungkin teman-teman sekalian dapat membantu untuk menambahkan
Kesimpulan
Pemimpin yang baik ialah pemimpin yang tahu siapa dirinya, dan pemimpin yang tahu apa yang harus dilakukannya.

KEPUSTAKAAN



1.    Lay Agus, Drs Managemen – Expo ’85 L.P.M.I. Jakarta 1985.

2.    Octavianus P, DR     Manajemen dan kepemimpinan menurut Wahyu Allah – Gandum Mas YPPII.



[1] Drs. Agus Lay, 1985, h.30

Mengapa orang Kristen memakan, makanan haram?


Orang Kristen
ITB  Acts 11:26 Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen. (Act 11:26 ITB)
Kata Kristen dalam teks aslinya tertulis Χριστιανούς / Kristianous yang artinya pengikut Kritus. Secara garis besar berarti orang-orang yang mengikuti jejak telapak kaki Yesus, dengan tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri. Kristus juga memiliki arti yang di urapi, artinya Kristen ialah seorang yang di urapi, yang mengikuti jejak kaki Yesus dengan tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri sama sekali.
Kata murid dalam teks aslinya tertulis τοὺς μαθητὰς / murid-murid. Berikut adalah kata murid dalam berbagai bahasa yang berhubungan dengan Alkitab:
Ø  Dalam bahasa Yunani, disebut matetes. Artinya seorang yang belajar
Ø  Dalam bahasa Ibrani, disebut limmud. Artinya seorang yang diajar dan mengajar
Ø  Dalam bahasa Inggris, disebut disciples, yang mengambil asal kata dari bahasa Latin, yaitu discipulus, yang artinya seorang pengikut yang setia. Disciples juga dapat di artikan discipline, yang artinya disiplin
Kesimpulan, seorang murid-murid Kristus ialah orang yang setia dan disiplin dalam mengikuti Yesus, ia adalah orang yang mau diajar dan mau mengajar ke sesamanya (band Mat.28:20).

Makanan Haram
Sering kali masalah makanan haram dan tidak haram menjadi perbincangan di kalangan Kristen tersendiri. Sebagai contoh, ada orang Kristen yang memakan makanan yang di katakan bahwa makanan tersebut haram, contoh daging babi / makan darah. Namun ada yang berpendapat bahwa orang Kristen tidak boleh memakan makanan tersebut dikarenakan itu haram, dan tercatat di Alkitab bahwa makanan tersebut adalah jenis-jenis makanan yang di larang, lalu ada sebagian orang yang memberikan alasan lain bahwa makanan tersebut haram menurut hukum Taurat, sehingga hukum Taurat masi diberlakukan hingga jaman sekarang.
Sekarang saya akan mengupas tentang makanan-makanan haram tersebut, kenapa dikatakan bahwa makanan ini tidak boleh di makan saat Perjanjian Lama dan hubungannya dengan konteks masa kini yang orang-orang Kristen memakan makanan tersebut.
Sebelum kita masuk jauh lebih dalam mengenai makanan-makanan ini haram atau tidaknya, baiknya kita menyelidiki, apa yang sebenarnya terjadi saat masa tersebut, mengapa sampai Tuhannya bangsa Israel melarang orang Israel untuk memakan makanan tersebut.
Perjanjian Lama & Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Lama orang Israel yang mengenal Tuhan tidak memakan makanan haram, karena dengan jelas mereka dilarang, namun dalam Perjanjian Baru saat ini banyak sekali orang Kristen yang memakan makanan tersebut.
Dalam Perjanjian lama, bukti kesetiaan orang Israel terletak dari hukum-hukum yang mengatur mereka, setidaknya ada 613 hukum yang terdapat dalam Kitab-kitab Taurat tersebut.
1.      Taurat adalah perjanjian (mengikat 2 pihak, Allah dan Israel)
hak dan kewajiban
hak = dilindungi, diberkati, panen melimpah, sehat, dsb
kewajiban = dengar Firman Tuhan, lakukan Firman Tuhan, Jangan menyimpang, jangan melanggar Firman
2.      Sebagian Taurat PL dibaharui dalam PB (karena dikutip dari perjanjian lama)
Ul 6:5 = mat 22:37 , mark 12:30 , Luk 10:27
“Kasihilah Tuhan Allah mu, dan sesama mu manusia”
3.      Walaupun Taurat bukan perintah untuk orang Kristen tetapi Taurat tetap Firman Allah
Untuk semakin bersyukur akan keselematan yang kita trima karna Kasih Tuhan yang sempurna.
Fungsi Taurat bukan untuk menyelamatkan, fungsi Taurat hanya sebagai penuntun sampai Kristus datang, Gal 3:24. Yang menyelamatkan Israel itu Allah bukan taurat. Dan jika kita berbicara tentang Taurat berarti kita berbicara tentang pola/ sketsa/ model/ bagan dari Allah/ Yesus yang akan datang.
Taurat yang hanyalah pola, contoh dalam membuat baju, sebelumnya kita akan membuat pola terlebih dahulu, dan aneh jika kita memakai pola tersebut ditubuh kita.
Kesimpulan akan terasa aneh jika orang memaksakan taurat yang sebagai pola di jaman sekarang. Taurat itu adalah bayangan dari yang akan datang, maka itu tidak menyelamatkan,dan hanya menuntun dari yang akan datang.

Anugerah / Kasih

Berbicara Kasih berarti kita akan berbicara tentang Perjanjian Baru yang condong akan doktrin hidup oleh Kasih Karunia. Dan ada sebagian orang yang menganggap bahwa Perjanjian Lama ialah Taurat yang tidak memiliki Kasih. Namun, jika kita mau memperhatikan dengan teliti, ternyata dalam Perjanjian lamapun, Allah telah menunjukkan KasihNya yang besar, contoh:
Saat bangsa Israel di mesir, saat itu ketika Taurat belum ada, tetapi Allah tetap menyelamatkan mereka melalui musa; itulah yang di namakan  Anugerah / Kasih.

Contoh kasus:
1)       
9 Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu.
 10 Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.
 11 Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya.
 12 Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.
 13 Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya.
 14 Janganlah kaukutuki orang tuli dan di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN.
 (Lev 19:9-14 ITB)Ayat 10 : anggur

Ayat 11 : mencuri, berbohong, berdusta
Ayat 14 : orang tuli, orang buta jgn kau taruh batu sandungan
Tetapi kau harus takut akan Tuhan Allahmu, Akulah Tuhan
Kenapa hanya anggur? Kenapa tidak buah-buah yang lain?
Kenapa hanya orang tuli dan buta? Kenapa tidak penyakit yg lain?
Sebab Itu semua hanya perwakilan dari hidup yang takut akan Tuhan.
2)       
ITB  Leviticus 11:7 Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. (Lev 11:7 ITB)
-          Alasan kerohanianlah oleh kelompok-kelompok yang tidak mengenal Allah.
Kerajaan-kerajaan di luar Israel tersebut yang menggunakan babi sebagai persembahan
Karna Allah YHWH tidak ingin orang Israel sama dengan dewa-dewa kerajaan lain.
-      Ekonomis
Makanan dalam lingkungan agrarian di padang pasir seperti kesulitan air
Babi itu harus mandi 2x sehari, membutuhkan banyak air.
Di Padang Gurun sulit kedapatan air
-      Medis
Membawa penyakit dalam iklim yang gersang di padang pasir
Dokter membuktikan, binatang babi jika di masak dengan tidak benar maka masih tertinggal cacing pitanya
3)       
26 Demikian juga janganlah kamu memakan darah apapun di segala tempat kediamanmu, baik darah burung-burung ataupun darah hewan.
 27 Setiap orang yang memakan darah apapun, nyawa orang itu haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya."(Lev 7:26-27 ITB)
Darah adalah nyawa dari makhluk, dan darah kebanyakan digunakan oleh penyembah-penyembah berhala untuk melakukan ritual mereka.

Dari ketiga contoh kasus tersebut sangatlah jelas larangan-larangan yang mengatakan untuk tidak boleh melanggarnya, dan sangat jelas alasan mengapa hal tersebut dilarang Tuhan untuk dilakukan.
Hal paling sederhana ialah dari hukum Taurat yang dibaharui dalam Hukum Perjanjian Baru, yaitu:
37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
 (Mat 22:37-40 ITB)
Dari 613 hukum yang ada di dalam Perjanjian Lama, kedua hukum inilah yang menggantikannya.
jika ada seseorang bertanya kepada kita, bagaimana dengan orang yang melanggar 10 Firman Tuhan dalam kitab Ulangan? Maka dapat kita jawab, apakah dia seorang yang mengasihi Tuhan? Jika dia adalah orang yang mengasihi Tuhan, maka dia tidak akan mau melanggar ke 10 Firman Tuhan tersebut, dan apakah dia seorang yang mengasihi sesamanya? Jika kita mengasihi sesama tentu kita tidak akan melakukan hal-hal yang merugikan sesama kita.

Kesimpulan

Untuk konteks masa kini, menurut pendapat saya memakan makanan yang dilanggar saat dahulu ialah tidak menjadi masalah.
Yang menjadi persoalan ialah, apakah dengan memakan makanan tersebut apakah kita mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita?
Contoh saya memakan daging babi, namun saya tidak memakan darah. Banyak kalangan orang Kristen saat ini yang memakan daging bagi dan memakan darah, namun ada juga kalangan orang yang tidak mau memakan makanan tersebut.
Maka kita harus bisa menjelaskan, kenapa saat dahulu di larang, dan saat kini diperbolehkan, jika dia tetap tidak menerima dan tetap menggunakan prinsipnya bahwa hal tersebut haram, maka sebaiknya kita sebagai orang yang mengerti harus mau merendahkan diri kita, karna hukum kedua berkata, kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, jika kita mengasihi sesama kita yang tetap menolak untuk memakan makanan tersebut, sebaiknya kita juga merendahkan diri kita untuk tidak memakan makanan itu saat bersama orang tersebut agar tidak menjadi batu sandungan bagi dia, demikianlah kita melakukan ke2 Hukum Tuhan yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama kita, karna firmanNya juga jelas mengatakan, bagaimana kita bisa mengasihi Tuhan yang tidak terlihat jika kita tidak mengasihi sesama kita yang terlihat.